Senin, 07 Desember 2009

Uje Tak Jenuh Perankan Ustad


Seperti sebuah keseharian ustad Jeffry Al Buchori hampir selalu mendapat peran sebagai sosok yang memberikan pencerahan di masyarakat. Begitu pula di film terbarunya, EMAK INGIN NAIK HAJI. Di sana Uje, begitu sapaannya, tetap menjadi ustad. Namun demikian dia tidak pernah merasa bosan. Bahkan bekas model ini merasa senang karena peran yang dimainkan mulia di sisi Allah.

"Di film ini saya kebagian lagi sebagai ustad. Alhamdulillah. Saya tak jenuh dengan peran ini. Ini kan peran yang mulia, ini peran dakwah. Jadi peran yang menyampaikan kebaikan," ungkapnya di FX Plaza, Jakarta, belum lama berselang.

Kepada KapanLagi.com, Uje juga menuturkan bahwa esensi film itu sebenarnya harus mengandung isi yang jelas dan baik sehingga masyarakat yang melihatnya akan ingat terus.

"Ada isinya dan pesannya yang baik serta berkualitas. Itu film yang bagus. Kalau begini terus saya melihat film Indonesia bisa lebih lagi dari saat ini. Karena ini penting untuk generasi sekarang," sambung pria yang pula pernah berteater.

Selain film EMAK INGIN NAIK HAJI, sebuah tawaran lagi ternyata sudah diterima Uje. Kali ini dia bekerja sama dengan Opick.

"Saya juga ditawarin jadi ustad oleh Mas Opick, di filmnya DI BAWAH LANGIT. Mudah-mudahan berjalan lancar. Doakan ya," imbuhnya. (kapanlagi.com)

Uje Siap Bikin Film Wali


Mungkin karena berperan terus-menerus menjadi sosok yang memberikan pencerahan di setiap film membuat ustad Jeffry Al Buchori memendam sesuatu. Ya, diam-diam ustad yang biasa disapa Uje ini tengah menyiapkan film bertema religi dari para Wali alias Wali Songo.

Namun niat tersebut sampai kini masih terus digodok. Menurutnya keinginan itu sebenarnya sudah lama tapi masih menunggu waktu yang tepat untuk merealisasikan.

[Info untuk Anda: "Semua berita KapanLagi.com bisa dibuka di ponsel. Pastikan layanan GPRS atau 3G Anda sudah aktif, lalu buka mobile internet browser Anda, masukkan alamat: m.kapanlagi.com"]

"Saya pengen sekali jadi Wali. Maksudnya mau buat film tentang Wali (Wali Songo, red). Film seperti itu saya rasa baik untuk jadi pesan buat generasi sekarang dengan tetap mengedepankan prinsip sederhana," katanya baru-baru ini di Jakarta.

Dilanjutkan Uje, selain inti film memperkenalkan tentang perkembangan Islam di tanah air, pula menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Namun karena belum terkumpulnya dana maka film rencana bakal diproduksi tahun 2010.

"Ya, insya Allah tahun depan. Tapi tergantung ada yang kasih rezeki. Kalau memang ada bisa langsung dibuat filmnya," jelasnya. (kapanlagi.com)

Cantikmu itu Musibah


Menjadi cantik itu impian setiap wanita. Jika dianugerahi kecantikan rupa nan elok, Alhamdulillah. Jika tidak pun tetap bersyukur. Setiap apa yang telah diciptakan, tidak ada yang sia-sia. Tidak ada definisi cantik yang sebenar-benarnya, karena cantik itu relatif. Tergantung dari sisi mana kita ingin menilai makna cantik. Cantik rupa tidak abadi. Cantik jiwa, tak akan dimakan usia. Kalau bisa memilih tentu kita ingin cantik luar juga cantik didalam. Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan keduanya secara bersamaan. Meskipun demikian wanita bisa berusaha untuk meraih keduanya. Mempercantik hati dengan iman. Mempercantik diri dengan menjaga dan merawat tubuh, asalkan dengan cara-cara yang tidak diharamkan.

Cantik itu bukan pilihan utama! Jangan jadikan cantik sebagai ukuran. Seperti (sebagian) laki-laki yang menjadikan cantik sebagai kriteria dalam mencari calon pasangan. Kalau tidak cantik, maka tidak cinta, tidak jadi menikah. Kalaupun terlanjur menikah, cari-cari alasan agar bisa menikah lagi dan dapat yang cantik. Makan tuh cantik! Ada pula yayasan putri-putrian yang menjadikan kemolekan sebagai standarisasi (basi!) lulus tidaknya seorang menjadi ratu sejagad. Soal otak, nomor sekian (jangan-jangan tak ada nomornya malah). Apalagi akhlaq. Yang penting cantik dan bisa dikomersilkan. Na'udzubillah!

Siapapun wanitanya, cantik atau tidak cantik, toh tubuhnya harus ditutupi. Auratnya disembuyikan dibalik pakaian yang syar'i. Itu sudah kewajiban yang tidak terbantahkan. Soal dia berilmu atau belum, aurat tetap harus ditutup. Jilbab dan gamis dikenakan. Sebagai sesama muslimah, kita bisa saling mengingatkan jika masih ada saudari yang masih berat mengenakannya. Atau ada yang berjilbab tapi belum syar'i. Sayangnya, diantara kita malah masih ada yang mencibir. Sungguh tidak pantas bukan jika ada seorang muslimah mencela saudarinya dengan ucapan pedas seperti ini: "jilbabi dulu hatimu, baru rambutmu!"

Hey...! persoalan jilbab dan hati itu dua hal yang berbeda. Sebagaimana halnya saya yang percaya akan Islam dan meyakininya, saya pun berjilbab karena saya ingin melaksanakan hukum dan perintahnya. Urusan hati itu urusan Allah, hanya DIA yang tahu! Kalaupun seseorang berbuat dosa, jangan kaitkan dengan jilbabnya semata. She is a human. No body without sin. Tiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Jangan menghakimi!

Ya.....! itu benar. Kini tengoklah diri kita. Sebagian dari kita merasa telah "cantik" hatinya dibanding orang lain. Merasa ilmu agama kita lebih tinggi dari seseorang. Bukan menunjuki baik-baik tapi malah mencibir meragukan niat seseorang untuk tunduk pada aturan agama.

Bagi saya, seseorang yang serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu. Menjaga sikap, kata dan perbuatan adalah bagian dari kepatuhan. Sesekali salah dan lalai. Itu bukan luar biasa kan? Berjilbab dan bergamis, juga bagian dari ketaatan. Belajar mematuhi aturan, sambil terus belajar mengisi jiwa dengan ilmu lalu mengamalkannya pelan-pelan. Semuanya butuh proses. Tidak langsung asal jadi. Berjilbab itu memang automaticly nampak oleh orang-orang, tapi hati....who knows? Hanya Allah yang tahu!

Jadi, biarlah Allah saja yang menilai cantik atau tidaknya seseorang. Menjadi cantik atau tidak cantik jangan jadi masalah. Semuanya anugerah. Dan alangkah baiknya bila yang dianugerahi hati yang cantik, menularkan kecantikan hatinya kepada yang belum cantik. Itu lebih baik daripada mengotori hati dengan kata-kata tidak cantik! Sebab, kecantikanmu itu bukan lagi anugerah, tetapi musibah!


Oleh: Ririen