Senin, 07 Desember 2009

Cantikmu itu Musibah


Menjadi cantik itu impian setiap wanita. Jika dianugerahi kecantikan rupa nan elok, Alhamdulillah. Jika tidak pun tetap bersyukur. Setiap apa yang telah diciptakan, tidak ada yang sia-sia. Tidak ada definisi cantik yang sebenar-benarnya, karena cantik itu relatif. Tergantung dari sisi mana kita ingin menilai makna cantik. Cantik rupa tidak abadi. Cantik jiwa, tak akan dimakan usia. Kalau bisa memilih tentu kita ingin cantik luar juga cantik didalam. Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan keduanya secara bersamaan. Meskipun demikian wanita bisa berusaha untuk meraih keduanya. Mempercantik hati dengan iman. Mempercantik diri dengan menjaga dan merawat tubuh, asalkan dengan cara-cara yang tidak diharamkan.

Cantik itu bukan pilihan utama! Jangan jadikan cantik sebagai ukuran. Seperti (sebagian) laki-laki yang menjadikan cantik sebagai kriteria dalam mencari calon pasangan. Kalau tidak cantik, maka tidak cinta, tidak jadi menikah. Kalaupun terlanjur menikah, cari-cari alasan agar bisa menikah lagi dan dapat yang cantik. Makan tuh cantik! Ada pula yayasan putri-putrian yang menjadikan kemolekan sebagai standarisasi (basi!) lulus tidaknya seorang menjadi ratu sejagad. Soal otak, nomor sekian (jangan-jangan tak ada nomornya malah). Apalagi akhlaq. Yang penting cantik dan bisa dikomersilkan. Na'udzubillah!

Siapapun wanitanya, cantik atau tidak cantik, toh tubuhnya harus ditutupi. Auratnya disembuyikan dibalik pakaian yang syar'i. Itu sudah kewajiban yang tidak terbantahkan. Soal dia berilmu atau belum, aurat tetap harus ditutup. Jilbab dan gamis dikenakan. Sebagai sesama muslimah, kita bisa saling mengingatkan jika masih ada saudari yang masih berat mengenakannya. Atau ada yang berjilbab tapi belum syar'i. Sayangnya, diantara kita malah masih ada yang mencibir. Sungguh tidak pantas bukan jika ada seorang muslimah mencela saudarinya dengan ucapan pedas seperti ini: "jilbabi dulu hatimu, baru rambutmu!"

Hey...! persoalan jilbab dan hati itu dua hal yang berbeda. Sebagaimana halnya saya yang percaya akan Islam dan meyakininya, saya pun berjilbab karena saya ingin melaksanakan hukum dan perintahnya. Urusan hati itu urusan Allah, hanya DIA yang tahu! Kalaupun seseorang berbuat dosa, jangan kaitkan dengan jilbabnya semata. She is a human. No body without sin. Tiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Jangan menghakimi!

Ya.....! itu benar. Kini tengoklah diri kita. Sebagian dari kita merasa telah "cantik" hatinya dibanding orang lain. Merasa ilmu agama kita lebih tinggi dari seseorang. Bukan menunjuki baik-baik tapi malah mencibir meragukan niat seseorang untuk tunduk pada aturan agama.

Bagi saya, seseorang yang serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu. Menjaga sikap, kata dan perbuatan adalah bagian dari kepatuhan. Sesekali salah dan lalai. Itu bukan luar biasa kan? Berjilbab dan bergamis, juga bagian dari ketaatan. Belajar mematuhi aturan, sambil terus belajar mengisi jiwa dengan ilmu lalu mengamalkannya pelan-pelan. Semuanya butuh proses. Tidak langsung asal jadi. Berjilbab itu memang automaticly nampak oleh orang-orang, tapi hati....who knows? Hanya Allah yang tahu!

Jadi, biarlah Allah saja yang menilai cantik atau tidaknya seseorang. Menjadi cantik atau tidak cantik jangan jadi masalah. Semuanya anugerah. Dan alangkah baiknya bila yang dianugerahi hati yang cantik, menularkan kecantikan hatinya kepada yang belum cantik. Itu lebih baik daripada mengotori hati dengan kata-kata tidak cantik! Sebab, kecantikanmu itu bukan lagi anugerah, tetapi musibah!


Oleh: Ririen

2 komentar:

  1. Kecantikanmu memalingkanku dari mengingat-Nya.
    Itulah yang terjadi sama aku. Karena faktor kecantikan aku menikahi istriku sekarang namun kecantikannya tidak di barengi dengan kecantikan lidah dan perbuatan.
    Saya jalani pernikahan dengn kesabaran, sering terbetik untuk menceraikan istriku, tapi Allah membenci perceraian, di sisi lain aku telah mendapatkan anak darinya.

    BalasHapus
  2. Lantas bagaimana dengan perempuan yang memakai jilbab tapi di jejaring sosial (dunia maya) dia melepaskannya agar terlihat cantik & menarik... itu yg mmbuat saya bingung?

    BalasHapus